BEDAH BUKU




BEDAH BUKU
BY : M I S
Apresiasi identik dengan penghargaan, penilaian bahkan bisa dikaitkan dengan publikasi, seperti mengadakan pameran, pemasaran dan lain sebagainya, . Sebagai Siswa-siswi pembelajaran mengenai apresiasi harus di terapkan sejak dini, dengan apresiasi dapat membuat seseorang lebih giat dan bersemangat dalam berkarya.
Tindakan apresiasi telah di terapkan oleh siswa-siswi SMA A Wahid Hasyim yang telah di lakukan oleh anak-anak OBTP dan MPK, tepatnya hari Jumat, tanggal 8 Mei 2015 bertepatan di gedung Yusuf Lt 3, dengan diadakanya bedah buku “Santri Menulis Santri Juara”, yang di tulis oleh Rinaldiyanti Rukmana, Robi Gulam, Yekti Indriana Sari dan Widia Maulidia. Semua hasil tersebut tidak lepas dari bimbingan dan dukungan guru-guru terutama bapak Achmad Fuzi M.Si selaku Pembina yang telah mengantarkan siswa-siswinya menjadi juara di berbagai perlombaan.
Hal yang merupakan luar biasa, di usianya yang masih berilian, dengan kemampuanya mereka dapat membuat buku yang belum tentu dapat dilakukan oleh anak seusianya, bahkan mahasiswa sekalipun jarang yang memiliki keinginan yang kuat untuk memnbuat dan menerbitkan buku karanganya. Hanya mereka yang memiliki hati yang besar, kesabaran yang tinggi dan diiringi dengan kemauan yang kuat.
 Dalam acara tersebut turut mengundang penulis yang sudah masyur bapa Fathoni Mahsun sebagai pembangding dan pemberi motivasi kepada para Santri supaya bersemangat dalam berkarya. Acara bedah buku santi menulis santri juara dipimpin langsung oleh moderator yang luar biasa bapa Masyudi, dengan penampilanya yang dapat menarik perhatian penonton, membuat acara semakin meriah, dan terlihat tidak membosankan.
Peserta yang turut hadir dalam acara bedah buku mencapai kisaran ratusan anak, terutama dari bebagai santri dari pondok sekitar wilayah Tebuireng dan sisiwa-siswi dari beberapa sekolah. Dengan melihat banyak peserta yang menghadiri seminar dapat diketahui keinginan dan rasa ingin tau yang kuat dari peserta tentang kiat-kiat dalam membuat buku, karena banyak orang ingin membuat tapi tidak mengerti cara dan mengubur keinginan tersebut. Ke empat pembicara Rinaldiyanti Rukmana, Robi Gulam, Yekti Indriana Sari dan Widia Maulidia menyampaikan kiat-kiat perjuangan dalam menyusun buku dengan sangat bersemangat dan antusias.
Karena mereka ingin jejak langkahnya kelak dapat di lanjutkan oleh adek-adeknya agar  perjuangan mereka tidak putus sampai disini, dalam seminar bedah buku tersebut mereka mengatakan bahwa buku ini terbit atas usaha keras kami yang berusaha menerapkan lima prinsip dasar Tebuireng. Mereka juga mengakui bahwa prinsip Iklaslah yang paling sulit mereka terapkan dibandingkan dengan keempat prinsip yang lainya, selain itu bapa moderator juga berkata bahwa judul santri menulis santri juara adalah asli hak cipta milik Tebuireng yang mana nanti akan di kembangkan menjadi beberapa jilid, sehingga buku tersbut akan tetap hidup dan terus di publikasikan.
Di akhir penghujung acara bapa Fathoni Mashun juga berpesan kepada para santri, santri harus bias menulis apa lagi Santri Tebuireng harus bias, karena pondok Ini dulu di bangun oelh seorang penulis yang luar biasa yang karyanya masih bias dirasakan sampai sekarang seperti kitab adabul alim wal mutaalim, karangan KH  Muhammad Hasyam Asy’ari, dan KH Wahid Hasyim juga dulu seorang penulis, bahkan GusDur juga penulis yang handal yang karyanya selalu muncul di setiap kabar berita(Koran). Selain semua itu pengasuh kita sendiri KH Sholahhuddin wahid seorang penulis pula. Jadi kita sebagai santrinya jikalau tak bias mengikuti jejaknya akan rugi besar.
 Karena seandainya kita telah tiada tak akan ada lagi yang akan memperkenalkan dunia kepada kita, baik saudara tetangga, guru, keluarga bahkan pacar sekalian tidak akan sanggup mengenalkan dunia kepada kita, bahkan seiring berjalanya waktu mereka akan segera melupakan kita, dari beberapa ada satu yang dapat mengenalkan dunia kepada kita yaitu karya tulisan kita yang terus menerus di baca dan di terbitkan bahkan bias memberikan pelajaran yang berarti bagi orang lain..




BY : M I S
Apresiasi identik dengan penghargaan, penilaian bahkan bisa dikaitkan dengan publikasi, seperti mengadakan pameran, pemasaran dan lain sebagainya, . Sebagai Siswa-siswi pembelajaran mengenai apresiasi harus di terapkan sejak dini, dengan apresiasi dapat membuat seseorang lebih giat dan bersemangat dalam berkarya.
Tindakan apresiasi telah di terapkan oleh siswa-siswi SMA A Wahid Hasyim yang telah di lakukan oleh anak-anak OBTP dan MPK, tepatnya hari Jumat, tanggal 8 Mei 2015 bertepatan di gedung Yusuf Lt 3, dengan diadakanya bedah buku “Santri Menulis Santri Juara”, yang di tulis oleh Rinaldiyanti Rukmana, Robi Gulam, Yekti Indriana Sari dan Widia Maulidia. Semua hasil tersebut tidak lepas dari bimbingan dan dukungan guru-guru terutama bapak Achmad Fuzi M.Si selaku Pembina yang telah mengantarkan siswa-siswinya menjadi juara di berbagai perlombaan.
Hal yang merupakan luar biasa, di usianya yang masih berilian, dengan kemampuanya mereka dapat membuat buku yang belum tentu dapat dilakukan oleh anak seusianya, bahkan mahasiswa sekalipun jarang yang memiliki keinginan yang kuat untuk memnbuat dan menerbitkan buku karanganya. Hanya mereka yang memiliki hati yang besar, kesabaran yang tinggi dan diiringi dengan kemauan yang kuat.
 Dalam acara tersebut turut mengundang penulis yang sudah masyur bapa Fathoni Mahsun sebagai pembangding dan pemberi motivasi kepada para Santri supaya bersemangat dalam berkarya. Acara bedah buku santi menulis santri juara dipimpin langsung oleh moderator yang luar biasa bapa Masyudi, dengan penampilanya yang dapat menarik perhatian penonton, membuat acara semakin meriah, dan terlihat tidak membosankan.
Peserta yang turut hadir dalam acara bedah buku mencapai kisaran ratusan anak, terutama dari bebagai santri dari pondok sekitar wilayah Tebuireng dan sisiwa-siswi dari beberapa sekolah. Dengan melihat banyak peserta yang menghadiri seminar dapat diketahui keinginan dan rasa ingin tau yang kuat dari peserta tentang kiat-kiat dalam membuat buku, karena banyak orang ingin membuat tapi tidak mengerti cara dan mengubur keinginan tersebut. Ke empat pembicara Rinaldiyanti Rukmana, Robi Gulam, Yekti Indriana Sari dan Widia Maulidia menyampaikan kiat-kiat perjuangan dalam menyusun buku dengan sangat bersemangat dan antusias.
Karena mereka ingin jejak langkahnya kelak dapat di lanjutkan oleh adek-adeknya agar  perjuangan mereka tidak putus sampai disini, dalam seminar bedah buku tersebut mereka mengatakan bahwa buku ini terbit atas usaha keras kami yang berusaha menerapkan lima prinsip dasar Tebuireng. Mereka juga mengakui bahwa prinsip Iklaslah yang paling sulit mereka terapkan dibandingkan dengan keempat prinsip yang lainya, selain itu bapa moderator juga berkata bahwa judul santri menulis santri juara adalah asli hak cipta milik Tebuireng yang mana nanti akan di kembangkan menjadi beberapa jilid, sehingga buku tersbut akan tetap hidup dan terus di publikasikan.
Di akhir penghujung acara bapa Fathoni Mashun juga berpesan kepada para santri, santri harus bias menulis apa lagi Santri Tebuireng harus bias, karena pondok Ini dulu di bangun oelh seorang penulis yang luar biasa yang karyanya masih bias dirasakan sampai sekarang seperti kitab adabul alim wal mutaalim, karangan KH  Muhammad Hasyam Asy’ari, dan KH Wahid Hasyim juga dulu seorang penulis, bahkan GusDur juga penulis yang handal yang karyanya selalu muncul di setiap kabar berita(Koran). Selain semua itu pengasuh kita sendiri KH Sholahhuddin wahid seorang penulis pula. Jadi kita sebagai santrinya jikalau tak bias mengikuti jejaknya akan rugi besar.
 Karena seandainya kita telah tiada tak akan ada lagi yang akan memperkenalkan dunia kepada kita, baik saudara tetangga, guru, keluarga bahkan pacar sekalian tidak akan sanggup mengenalkan dunia kepada kita, bahkan seiring berjalanya waktu mereka akan segera melupakan kita, dari beberapa ada satu yang dapat mengenalkan dunia kepada kita yaitu karya tulisan kita yang terus menerus di baca dan di terbitkan bahkan bias memberikan pelajaran yang berarti bagi orang lain..


0 komentar: